Langkah kaki Haruto dan Silvia terasa berat, seolah tanah di bawah mereka menahan setiap gerakan. Angin malam berdesir kencang, membawa suara-suara aneh yang menggema di sekitar mereka. Sejak keluar dari rumah tua itu, dunia terasa berbeda—tersembunyi dalam kegelapan yang tak bisa mereka sentuh, namun tetap hadir dengan jelas di sekeliling mereka.
Di depan mereka, bayangan besar itu semakin mendekat, bergerak dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Itu bukanlah makhluk yang nyata, tetapi sesuatu yang lebih dari sekadar fisik—sebuah entitas yang dibuat dari kegelapan, menghisap segala cahaya yang ada di sekitar. Mata mereka yang bersinar tajam tampak menatap mereka dengan kesan mendalam, seakan menunggu sesuatu yang tak terungkapkan.
“Haruto, apa itu?” tanya Silvia, suaranya dipenuhi ketakutan. Ia menggenggam tangan Haruto lebih erat, mencoba mencari perlindungan, meskipun ia tahu, tak ada tempat yang aman.
Haruto mengerutkan kening, matanya tajam memandang ke depan. “Aku tidak tahu,” jawabnya, suaranya terdengar tegang. “Tapi kita tidak bisa berhenti sekarang.”
Wanita yang menemani mereka sebelumnya masih ada di samping mereka, bergerak dengan tenang meskipun situasi semakin kacau. “Jangan takut,” katanya dengan suara yang penuh dengan ketenangan yang aneh. “Ini adalah bagian dari perjalanan kalian. Apa yang datang itu bukan musuh yang bisa kalian lawan dengan kekuatan biasa.”
“Jadi apa yang harus kami lakukan?” tanya Silvia dengan nada mendesak. “Apa yang bisa kami lakukan melawan sesuatu yang seperti itu?”
Wanita itu memandang keduanya, wajahnya serius. “Yang kalian hadapi bukan sekadar makhluk biasa,” jawabnya pelan. “Ini adalah entitas yang lebih besar, yang terhubung dengan dunia yang kalian kenal. Tetapi kalian memiliki sesuatu yang lebih kuat—sesuatu yang akan membuka gerbang yang kalian cari.”
Haruto menatap buku yang ada di tangannya, yang kini semakin berat dan terasa bergetar dengan kekuatan yang tak terlihat. “Buku ini,” katanya, “apakah ini yang dimaksud?”
Wanita itu mengangguk. “Ya, buku itu adalah kunci. Tapi kalian harus memahami lebih dari sekadar kata-kata yang tertulis. Kunci itu ada di dalam diri kalian. Kalian harus mencari cahaya di dalam kegelapan.”
Tanpa peringatan, guntur terdengar keras lagi, kali ini lebih dekat dari sebelumnya. Langit seakan terbelah, dan bayangan besar itu mendekat dengan semakin cepat. Setiap detik yang berlalu semakin memuat ketegangan dalam diri mereka, seperti waktu yang semakin habis.
“Sekarang, kalian harus memutuskan,” kata wanita itu dengan suara tegas, suaranya membawa kedalaman yang luar biasa. “Jalan yang akan kalian pilih akan menentukan takdir kalian. Tak ada jalan mundur. Tak ada pilihan selain maju.”
Haruto dan Silvia saling berpandangan, keduanya bisa merasakan beratnya keputusan yang harus diambil. Apakah mereka siap untuk menghadapi dunia yang lebih besar dari yang mereka bayangkan? Apakah mereka siap untuk melangkah ke dalam kegelapan, tanpa mengetahui apa yang akan mereka temui di sana?
“Ayo,” kata Haruto akhirnya, dengan suara penuh ketegasan. “Kita tidak bisa kembali. Kita harus maju.”
Dengan langkah mantap, mereka berjalan maju menuju bayangan besar yang kini semakin jelas terlihat. Di sekitar mereka, dunia semakin gelap, dan kabut tebal mulai menutupi jalan mereka. Setiap langkah mereka terasa seperti mereka sedang berjalan menuju sesuatu yang tak terhindarkan, sebuah gerbang yang tak bisa dihindari.
Di depan mereka, sebuah cahaya samar mulai terlihat, namun itu bukanlah cahaya matahari. Ini adalah cahaya yang berbeda—lebih gelap, lebih dalam, seperti sesuatu yang berasal dari tempat yang jauh di dalam bumi. Begitu mereka semakin dekat, mereka bisa merasakan perubahan besar di udara, seolah dunia sedang mengalir ke arah yang tak terbayangkan.
“Ini adalah gerbang,” kata wanita itu, menunjuk ke arah cahaya yang semakin besar. “Tapi kalian harus membuka pintu ini dengan cara kalian sendiri.”
Haruto dan Silvia mendekat, dan saat mereka melangkah lebih jauh ke dalam cahaya, mereka bisa merasakan gelombang energi yang kuat mengalir melalui tubuh mereka. Rasanya seperti mereka sedang diterima oleh dunia lain, sebuah dunia yang tak terjangkau oleh akal manusia.
“Ini adalah ujian terakhir,” kata wanita itu, suaranya semakin menghilang seperti bisikan angin. “Di balik gerbang ini, kalian akan menemukan jawaban, tetapi kalian juga akan menemukan kegelapan yang tidak bisa kalian bayangkan. Pilihan kalian akan menentukan segalanya.”
Dengan hati yang berdebar, Haruto dan Silvia melangkah maju, menuju gerbang yang terbuka perlahan di depan mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang tidak bisa dihindari. Dunia yang mereka kenal telah berubah selamanya, dan perjalanan ini, apa pun yang terjadi, harus mereka tempuh bersama.
Saat mereka melangkah ke dalam cahaya, segala sesuatu yang ada di sekitar mereka terhapus, seakan dunia yang mereka kenal lenyap begitu saja, meninggalkan mereka dalam kegelapan yang penuh dengan misteri.











