Angin berhembus kencang, menggerakkan daun-daun yang berguguran di sekitar rumah tua itu. Haruto berdiri di depan meja kayu besar, meneliti buku-buku yang tersebar di sana dengan penuh perhatian. Silvia berdiri sedikit di belakangnya, tak bisa menutupi rasa gelisah yang meliputi dirinya.
“Haruto, ini tidak terasa benar,” kata Silvia, suaranya sedikit gemetar. “Semua ini terlalu… aneh. Kenapa kita harus mencari jawaban di tempat yang terasa begitu… jauh dari kenyataan?”
Haruto menoleh sejenak, tatapannya penuh dengan keyakinan. “Aku tahu ini sulit, Silvia. Tapi kita tidak punya pilihan. Apa pun yang ada di sini, ini adalah petunjuk terakhir kita.”
Silvia menunduk, mengatur napas agar tetap tenang. Di luar rumah, hujan mulai turun lebih deras, menambah suasana suram yang telah melingkupi mereka. Perasaan aneh yang sejak awal muncul di dalam dirinya semakin kuat, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi mereka dari bayang-bayang.
Mereka menyadari bahwa rumah tua itu bukan hanya sekedar tempat terlupakan. Segala sesuatu di dalamnya—dari buku yang tergeletak hingga simbol-simbol kuno yang terukir di dinding—seperti mengandung pesan yang lebih besar daripada sekadar pengetahuan kuno. “Haruto, lihat ini,” kata Silvia, menarik perhatian Haruto ke sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di atas meja itu terdapat sebuah kotak kayu yang terukir rumit. Tak seperti benda lainnya, kotak itu tampak seperti milik seseorang yang dulu sangat berkuasa. Ada aura yang mengelilinginya, begitu kuat dan memikat.
Dengan hati-hati, Haruto membuka kotak itu, menyadari bahwa setiap gerakan harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Begitu tutup kotak terbuka, seberkas cahaya samar keluar, menerangi ruangan yang gelap. Di dalam kotak itu, tergeletak sebuah buku tebal dengan sampul yang tampak seperti kulit yang sudah usang, namun sangat padat dan kuat. Haruto mengambilnya perlahan, membalik halaman pertama.
“Ini… buku yang sama dengan yang ada di meja tadi,” ujar Haruto, terkejut. “Tapi ada sesuatu yang berbeda. Seperti ada yang hilang.”
“Apakah ini yang kita cari?” tanya Silvia, mendekat untuk melihat lebih jelas.
Namun, sebelum Haruto sempat menjawab, suara langkah kaki terdengar di luar ruangan. Langkah itu berat dan teratur, seolah-olah seseorang sedang mendekat. Kedua mata mereka langsung tertuju ke pintu, tetapi tak ada yang muncul. Hanya hening, namun ketegangan terasa memuncak. Mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian.
“Ada seseorang di sini,” kata Haruto dengan suara rendah, mengisyaratkan Silvia untuk diam.
Silvia menggenggam lengan Haruto lebih erat. “Siapa itu? Apa yang mereka inginkan dari kita?”
Haruto menatap ke pintu dengan penuh perhatian. Mereka berdua tidak dapat melihat apa pun di luar sana, namun ada sesuatu yang mengalir di udara—sebuah energi yang tidak bisa mereka abaikan. Tiba-tiba, sebuah suara lirih terdengar dari ujung ruangan.
“Jangan takut,” suara itu berkata, namun entah kenapa, ia menggetarkan jiwa mereka. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kalian siap.”
Keduanya terkejut, dan Haruto langsung berdiri lebih tegap, siap menghadapi apa pun yang ada. Silvia melangkah mundur sedikit, meskipun ia berusaha tetap tenang. “Siapa kamu?” tanya Silvia, suaranya mencoba terdengar pasti.
Dari bayang-bayang di pojok ruangan, muncul sosok seorang wanita. Ia mengenakan pakaian sederhana, namun ada sesuatu tentang dirinya yang terasa sangat kuno—seperti dia bukan berasal dari zaman ini. Wajahnya tampak tenang, meskipun ada kerisauan di matanya yang tampak seperti menyimpan banyak rahasia.
“Aku adalah penjaga rahasia ini,” jawab wanita itu dengan suara yang dalam dan tenang. “Dan kalian, Haruto, Silvia, adalah orang-orang yang ditakdirkan untuk menemukan jalan keluar dari semua ini.”
Haruto dan Silvia saling memandang. Ada begitu banyak pertanyaan yang melintas di kepala mereka, namun hanya satu yang bisa keluar dari mulut Haruto. “Jalan keluar dari apa?”
Wanita itu tersenyum tipis. “Dunia ini lebih besar dari yang kalian bayangkan. Dan kalian akan segera menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menunggu. Sesuatu yang bisa mengubah nasib kalian selamanya.”
Silvia merasa tubuhnya menegang. Ada ketakutan yang mulai merayap di dalam dirinya. Apakah mereka benar-benar siap untuk menghadapi apa yang akan datang? Atau ini hanya awal dari sebuah perjalanan yang jauh lebih gelap dan berbahaya dari yang mereka bayangkan?
Dengan langkah mantap, wanita itu mendekat, mengulurkan tangan ke arah Haruto dan Silvia. “Ikutlah dengan aku, dan kalian akan tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi berhati-hatilah—setiap pilihan yang kalian buat akan membawa konsekuensi yang tak terduga.”
Haruto memandang Silvia, dan dalam diam, mereka berdua tahu bahwa pilihan itu sudah di depan mata. Tak ada jalan kembali. Mereka harus menghadapi apa pun yang akan datang, atau dunia mereka akan tergelincir ke dalam kegelapan yang lebih dalam dari yang mereka bayangkan.










