Langkah yang tak terhindarkan

Haruto dan Silvia berjalan beriringan, menyusuri jalan setapak yang dipenuhi dedaunan basah akibat hujan deras yang baru saja turun. Di sekeliling mereka, suara gemericik air yang mengalir dari sungai kecil memberikan ketenangan, meskipun jauh di dalam hati, ketegangan di antara mereka semakin terasa.

Mereka baru saja meninggalkan kota yang ramai dan sibuk—tempat yang mereka kenal sebagai rumah. Namun, perjalanan ini membawa mereka jauh lebih dalam ke wilayah yang tak familiar, sebuah desa terpencil yang terletak di ujung dunia yang mereka kenal. Tak ada sinyal ponsel di sini, dan rumah-rumah yang tersebar jauh satu sama lain memberikan kesan seakan mereka berada di dunia yang terpisah.

“Haruto, apakah kamu yakin ini jalan yang benar?” tanya Silvia dengan suara pelan, meskipun ada sedikit kekhawatiran di matanya. Sebagai seseorang yang selalu rasional, Silvia merasa tidak nyaman berada di tempat yang tidak diketahui, apalagi dengan perasaan yang semakin tidak tenang.

Haruto berhenti sejenak, menatap jauh ke depan. Ia tahu bahwa langkah mereka tidak bisa mundur lagi. Sejak pertama kali mereka mengetahui bahwa ada sesuatu yang besar dan berbahaya yang sedang mengintai mereka, tak ada pilihan lain selain terus maju. “Aku yakin, Silvia. Ini satu-satunya tempat yang bisa memberikan kita jawaban.”

Mereka melanjutkan perjalanan, menuju rumah tua yang terletak di ujung jalan setapak, seperti yang tertera dalam petunjuk yang mereka temukan beberapa hari lalu. Rumah itu tampak terabaikan, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan jendela-jendela yang dipenuhi debu. Namun, sesuatu di dalamnya menarik perhatian mereka—sebuah aura misterius yang sulit dijelaskan.

Saat mereka mendekat, pintu rumah terbuka dengan sendirinya, seolah menyambut kedatangan mereka. Tanpa berkata-kata, Haruto melangkah masuk lebih dulu, diikuti Silvia yang masih ragu-ragu. Begitu mereka memasuki ruang dalam rumah, aroma tua dan lembab langsung menyambut mereka.

“Apa ini?” Silvia berbisik, menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak biasa di tempat ini. Di tengah ruangan, ada sebuah meja kayu besar, dengan berbagai macam buku dan artefak yang tersebar di atasnya. Beberapa benda tampak berkilau dalam cahaya redup yang masuk melalui jendela.

Haruto berjalan mendekat, matanya bersinar tajam saat ia memeriksa beberapa buku yang ada di atas meja. “Ini… bukan buku biasa,” katanya pelan, seperti berbicara lebih pada dirinya sendiri. “Semua ini sepertinya berhubungan dengan kita.”

Silvia menggenggam lengan Haruto, wajahnya penuh pertanyaan. “Haruto, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kita cari di sini?”

Haruto menarik napas dalam-dalam, kemudian menoleh ke Silvia. “Aku tidak tahu sepenuhnya. Tapi aku rasa kita tidak hanya mencari jawaban—kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang lebih besar dari yang kita bayangkan.”

Di luar rumah, angin mulai berhembus kencang, dan langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap, menandakan bahwa mereka sedang berada di pusat sesuatu yang berbahaya. Apakah ini saatnya mereka mengungkap rahasia yang selama ini disembunyikan? Dan apakah mereka siap menghadapi apa yang akan datang?

You may also like: