Rahasia menara dan penjaga abadi

Pintu batu raksasa Menara Katalis akhirnya terbuka perlahan, mengeluarkan gemuruh berat seakan mengusir keheningan berabad-abad. Silvia berdiri terpaku di depan celah yang terbentuk, keringat membasahi pelipisnya. Di belakangnya, Haruto dan Ayase masih bertarung sengit melawan Penjaga Arus Waktu.

Ksatria raksasa itu mengayunkan pedangnya lagi, menciptakan gelombang waktu yang membuat reruntuhan sekeliling berubah bentuk—kembali menjadi bangunan megah seperti semula, lalu runtuh kembali dalam hitungan detik.

“Aku akan mematahkan pertahanannya!” seru Haruto, memutar tubuhnya, lalu menciptakan ledakan sihir waktu dari tangannya. Ledakan itu mengenai bagian dada sang Penjaga, memperlihatkan sebuah inti bercahaya di balik celah lapisannya.

“Di sanalah intinya! Ayase, sekarang!”

Ayase melompat dengan kecepatan luar biasa, belatinya berubah menjadi sinar waktu murni dan menusuk ke dalam celah itu. Dalam jeritan tanpa suara, sang Penjaga roboh perlahan. Tapi sebelum menghilang, matanya yang merah mulai berubah biru, dan cahaya samar keluar dari tubuhnya—membentuk bayangan samar seorang manusia.

Silvia segera mendekat. “Ini… bukan roh biasa. Ini proyeksi waktu.”

Bayangan itu berbicara dengan suara yang terdengar dari dalam pikiran mereka, lembut dan penuh kesedihan.

“Jika kalian bisa mendengarku… maka berarti waktu telah mencapai titik krisisnya.”

Bayangan itu perlahan menampakkan wajah—seorang pria paruh baya berambut panjang perak, mengenakan jubah dengan lambang Ordo Waktu Tertinggi.

“Aku adalah Caelus Veyrn, Arsitek Menara Katalis, dan mantan Penjaga Garis Waktu. Jika kalian melihat ini… berarti aku telah gagal menghentikan kehancuran dimensi.”

Ketiganya terdiam, menyimak penuh perhatian.

“Menara Katalis dibangun lima abad lalu, di atas titik pusat realitas tempat semua dimensi bertemu. Fungsinya adalah menyeimbangkan arus waktu dari seluruh dunia paralel. Tapi perang sihir besar menghancurkan sistem itu. Agar kerusakan tak menyebar, aku mengorbankan tubuh dan jiwaku untuk menjadi Penjaga abadi—penyatu Menara dengan waktu itu sendiri.”

Ayase menunduk, bisikannya nyaris tak terdengar. “Dia… mengorbankan segalanya demi dunia ini.”

Caelus melanjutkan, “Namun waktu terus rusak. Di antara kehancuran itu, muncul sosok aneh dari celah dimensi—seseorang yang tak seharusnya ada dalam garis waktu kita. Seseorang… seperti Haruto.”

Haruto terkejut. “Kau tahu aku?”

“Tidak hanya tahu. Aku yang membuka celah waktu yang menarikmu. Karena hanya seseorang yang berasal dari luar arus waktu… yang bisa menyatu dengan Menara dan mengaktifkan kembali sistem inti.”

Bayangan itu mulai memudar.

“Aku hanya bisa berkata ini… Di dalam inti Menara, kalian akan menemukan kebenaran. Tapi juga… sesuatu yang mungkin harus dikorbankan.”

Setelah itu, cahaya lenyap. Tubuh sang Penjaga berubah menjadi debu kristal, tersapu angin waktu.

Silvia memandangi Haruto dalam diam. “Jadi… kau bukan hanya bagian dari dunia ini. Kau adalah kunci untuk menyelamatkannya.”

Ayase menatap Haruto dengan tatapan rumit. “Apa pun yang kita temukan di dalam… kita akan hadapi bersama.”

Haruto mengangguk. Di depannya, Menara Katalis kini terbuka sepenuhnya, menyambut mereka masuk ke jantung dunia yang nyaris runtuh.

Mereka melangkah masuk—dan menuruni tangga cahaya yang seolah tak berujung, menuju kebenaran yang selama ini tersembunyi di antara ruang dan waktu.

You may also like: