Erebus berdiri tegak, mengamati dinding energi yang masih bergetar di hadapan Haruto. Senyumannya tak kunjung hilang, meskipun Haruto tahu bahwa di balik senyum itu tersembunyi niat jahat yang sangat mengerikan.
“Kau masih tidak mengerti, ya?” Erebus berkata dengan suara datar. “Kekuatanmu itu… hanyalah setetes air dalam lautan yang tak terbatas.”
Haruto menyipitkan mata. “Kau pikir kau lebih kuat dari Zero?”
Erebus terkekeh, langkahnya tenang saat ia mendekat. “Zero hanyalah penjaga. Aku adalah kekuatan yang lebih tua dari waktu itu sendiri.”
Mata Haruto menyala, energi ruang dan waktu berputar di tangannya. “Aku tidak peduli siapa kau! Kau tidak akan bisa menghentikanku!”
Sekali lagi, ia mengayunkan tangannya, menciptakan sebuah lingkaran waktu yang membekukan gerakan Erebus—namun dengan gerakan ringan, Erebus menyentuh lapisan waktu itu, dan seketika dinding energi itu retak, menghilang begitu saja.
Haruto mundur, merasakan kelemahan dalam kekuatan yang ia keluarkan. Erebus bukan hanya bisa bergerak di luar batasan waktu—dia bisa memanipulasi waktu itu sendiri, bahkan merobek batasan yang ada.
“Kenapa…?” Haruto bertanya, sedikit terengah. “Kenapa kau mengejar aku?”
Erebus berhenti sejenak, seolah merenung. “Karena kau adalah kunci. Kunci untuk membalikkan dunia ini, dan menghapus segala sesuatu yang tidak lagi memiliki tempat di dalam waktu.”
Dengan gerakan cepat, Erebus mengulurkan tangan, mengarah ke Haruto. Dalam sekejap, sebuah beberapa detik waktu yang melompat mundur terjadi—dan tubuh Haruto terasa terhimpit oleh kekuatan yang luar biasa.
Haruto berusaha melawan, tetapi tubuhnya seperti terjebak dalam lingkaran waktu yang dibalik oleh Erebus. Ia merasa seperti bergerak mundur—seperti mengalami kembali momen yang baru saja terjadi, dengan perasaan terjebak dalam waktu yang salah.
Tapi sebelum ia sepenuhnya terjebak dalam kekuatan tersebut, suara yang familiar menginterupsi.
“Haruto!”
Itu suara Silvia.
Dengan gesit, Silvia melompat ke depan Haruto, menghalangi Erebus, meskipun ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. “Kau tidak akan menyentuhnya!” teriak Silvia dengan penuh tekad, menatap Erebus dengan mata penuh kemarahan.
Erebus memutar mata, tidak terpengaruh dengan perlawanan Silvia. Namun, sebelum ia sempat menggerakkan tangan lagi, Haruto mengumpulkan kekuatan dalam dirinya. “Aku akan berhenti mundur!” serunya dalam hati.
Dengan segenap kekuatan, Haruto merobek lapisan waktu yang mengelilinginya, mengembalikan diri ke waktu yang seharusnya, dan dengan sekuat tenaga, ia menstabilkan ruang di sekelilingnya. Waktu kembali mengalir.
Erebus terkejut, sejenak terdiam. “Kau bisa menyeimbangkan kembali waktu…?” Erebus terbatuk, seakan menyadari bahwa Haruto bukanlah remaja biasa yang bisa dikendalikan begitu saja.
“Tapi…” Erebus tertawa pelan, seolah tak terpengaruh oleh kekalahan itu. “Ini baru permulaan, Haruto. Dunia ini akan runtuh. Dan aku akan menjadi penguasa yang memimpin kehancuran itu.”
Haruto menggertakkan gigi. “Kau tidak akan menang.”
Silvia, meskipun masih bingung, meraih tangan Haruto dengan tegas. “Apa yang dia katakan, Haruto? Apa yang sedang terjadi?”
Haruto tidak menjawab langsung. Ia menatap Erebus, merasa betapa kuatnya musuh yang satu ini. Tapi ada satu hal yang ia yakini—ia tak akan membiarkan dunia ini runtuh begitu saja. Waktu itu miliknya untuk dilindungi.
“Silvia,” kata Haruto, matanya berkilau dengan tekad. “Kau harus mempercayai aku. Ada lebih banyak hal yang harus kita hadapi.” Dia menarik Silvia sedikit menjauh, bersiap untuk pergi.
Erebus tertawa semakin keras. “Kalian bisa melarikan diri sekarang, Haruto. Tapi tak lama lagi… semuanya akan kembali ke titik nol.”
Dengan gerakan cepat, Erebus menghilang ke dalam bayangannya, meninggalkan Haruto dan Silvia yang masih terdiam di tengah lorong sekolah yang sepi.
Setelah pertemuan dengan Erebus, Haruto merasa lebih bingung dari sebelumnya. Siapa Erebus sebenarnya? Kenapa dia begitu yakin bisa mengubah seluruh dunia? Dan apa kaitannya dengan kekuatan waktu yang ia miliki?
Namun, satu hal yang jelas—misi Haruto baru saja dimulai. Waktunya untuk melawan tak hanya sekadar melindungi waktu yang ada, tetapi juga untuk mencari kebenaran tentang dirinya, dan masa lalu yang telah terhapus.
Di sisi lain, Silvia yang masih bingung dengan apa yang terjadi, mulai menyadari bahwa Haruto menyembunyikan sesuatu yang besar—sesuatu yang jauh lebih besar dari apa yang bisa ia pahami. Apa yang sebenarnya terjadi pada Haruto?











