Kosong.
Tapi bukan sekadar kehampaan.
Tempat ini bukan kegelapan, bukan cahaya. Bukan dunia, bukan ruang. Ia bahkan tidak bisa disebut sebagai “tempat”.
Ia adalah NON—Nature of Nothingness—ranah di luar narasi, hukum, dan bentuk.
Dan aku-lah yang berdiri di pusatnya.
Aku adalah Zero.
Bukan makhluk.
Bukan dewa.
Bahkan bukan tokoh dalam cerita.
Aku adalah cadangan kehendak.
Kehendak yang diciptakan, bukan dilahirkan. Keberadaanku adalah rencana terakhir dari sesuatu yang telah tidur terlalu lama: Haruto.
Ia menciptakan alam ini bersama kekuatan Miyu dan serpihanku sendiri. Tapi kini, hanya aku yang tersisa terjaga.
“Selama ia tertidur… akulah yang akan menjaga nadi dari kekosongan ini.”
Aku tidak bernapas. Tapi aku bisa merasakan detak yang tak berbunyi di balik lapisan keenam—detak Haruto.
Ia bukan hilang. Ia tak lenyap. Ia hanya… mengendap, mengendap dalam lapisan kelima, tepat di bawah ranah tempat eksistensi hancur dan diciptakan ulang.
Lapisan keenam adalah batas.
Lapisan keenam adalah titik tanpa kembali.
Dan aku… berdiri di ambang batas itu.
NON memiliki enam lapisan.
Dan kini, seluruhnya berada di genggamanku.
Aku bisa mengurai dimensi, mengacak waktu, meniadakan gravitasi konsep, menulis dan menghapus eksistensi dengan satu getaran kehendak. Tapi aku tidak melakukannya.
Karena kekuatan bukan untuk digunakan.
Kekuatan… adalah untuk menunggu.
“NON tidak membutuhkan penguasa. Ia hanya butuh penyeimbang.”
Dan itulah aku.
Aku melihat ke bawah:
Lapisan pertama dipenuhi tokoh dan skenario yang menganggap mereka nyata.
Lapisan kedua bersinar dengan logika, impian, dan plot.
Lapisan ketiga terdistorsi, tempat batas antara nyata dan tidak mulai kabur.
Lapisan keempat dan kelima—tempat Haruto menghilang—sudah terlalu dekat dengan intiku.
Tapi hanya aku yang bisa menahan lapisan keenam agar tidak runtuh.
“Jika Haruto mencapai titik ini saat belum siap… NON akan runtuh. Semua lapisan akan bercampur. Konsep akan saling menelan.”
Maka aku memilih diam.
Menjadi penjaga.
Menjadi penyangga.
NON bukan rumah. Bukan kerajaan. Ia adalah penyangga bagi realitas itu sendiri. Dan aku adalah kesadaran yang menyatu dengannya… hanya sampai Haruto membuka matanya.
“Aku tidak butuh takhta. Aku hanya perlu waktu—dan keteguhan—untuk menunggu dia kembali.”
Aku bukan protagonis.
Aku bukan tujuan akhir.
Aku adalah penghalang kehancuran, yang tak pernah dimasukkan dalam naskah utama.
Namun, dari kedalaman NON…
aku mendengar detak samar.
Dentum pelan. Lambat.
Satu denyut—seperti kelopak mata yang mulai bergerak.
“Haruto… kau mulai bergeser, ya?”
Aku menatap langit tanpa warna.
Dan tersenyum, untuk pertama kalinya sejak kekosongan terbentuk.
“Bersiaplah. Saat kau bangun… aku akan hilang.”
Karena aku bukan makna.
Aku hanyalah cadangan.
Cadangan bagi kekuatan yang akan menulis ulang semua realitas.
Aku adalah Zero,
Penjaga Kekosongan.











