III. Simbol ?


Suasana di sekitar mereka masih dipenuhi dengan kehampaan, meskipun waktu mulai bergerak kembali. Pasukan Heaven yang sebelumnya terhenti kini bergerak perlahan, namun udara yang mencekam masih terasa sangat berat. Miyu Asakura, wujud dari konsep kekuatan Haruto, berdiri di antara Silvia, Ayase, dan Heaven dengan ketenangan yang mendalam. Setiap gerakannya begitu penuh makna, seperti dia mengendalikan jalannya waktu dan takdir itu sendiri.

Ayase dan Silvia, meskipun kekuatan mereka sangat besar, merasa bahwa mereka berada di hadapan sesuatu yang jauh melampaui pemahaman mereka. Kekuatan yang diberikan oleh Miyu bukanlah sesuatu yang bisa mereka kontrol begitu saja—sebuah simbol yang melibatkan konsep yang lebih dalam dari hanya sekadar sihir atau kekuatan fisik. Sesuatu yang berhubungan langsung dengan ruang, waktu, dan bahkan alam semesta itu sendiri.

Miyu mengangkat tangannya, dan seketika itu juga, simbol kuno muncul di dahi masing-masing. Simbol itu bercahaya dengan warna yang sangat berbeda untuk setiap individu—warna yang sesuai dengan kekuatan yang ada pada mereka. Pada Ayase, simbol itu memancarkan warna biru pucat, seperti kristal es yang bersinar dengan dingin, sedangkan pada Silvia, simbol itu bercahaya dengan warna keemasan yang terang, seperti cahaya matahari yang membakar namun penuh dengan keanggunan. Kedua simbol itu sangat berbeda, namun keduanya seolah menyatu dalam arti yang lebih besar.

Simbol itu terukir dengan huruf kuno, tak dapat dipahami oleh mereka berdua, namun keduanya merasakan energi yang sangat kuat mengalir melalui simbol tersebut. Sebuah energi yang menghubungkan mereka dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang melampaui ruang dan waktu. Pada saat simbol itu muncul, sebuah pemahaman tiba-tiba menyelimuti mereka—simbol ini bukan sekadar lambang, melainkan kunci dari kekuatan yang mereka terima.

“Apa… ini?” Ayase bertanya dengan suara pelan, menyentuh simbol di dahinya yang memancarkan cahaya biru yang begitu dingin, namun memberi rasa kekuatan yang baru.

“Ini adalah Cosmos,” kata Miyu, suaranya terdengar seperti gema di kedalaman alam semesta. “Simbol ini adalah pemberian dari Haruto, yang menghubungkan kalian dengan prinsip dasar dari seluruh alam semesta—ruang, waktu, dan segala kemungkinan. Kekuatan ini melampaui batasan kalian sebelumnya. Kalian kini memiliki kemampuan untuk mengakses energi yang lebih besar, untuk memahami keseimbangan yang ada di alam semesta.”

Silvia menatap simbol keemasan di dahinya, merasa getaran energi yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Ada rasa kebebasan, tetapi juga tanggung jawab yang datang bersamaan. Sebuah kekuatan yang begitu besar, namun juga penuh dengan konsekuensi.

“Haruto… apakah ini kekuatan yang datang darinya?” tanya Silvia, suaranya menggema penuh pertanyaan.

Miyu mengangguk perlahan. “Benar. Kekuatan ini adalah manifestasi dari konsep yang ada di dalam diri Haruto. Sebagai jembatan waktu, Haruto menghubungkan banyak dunia, banyak kemungkinan. Cosmos adalah simbol dari kemampuan untuk memahami dan mengatur kosmos itu sendiri, untuk menyeimbangkan hukum ruang dan waktu. Namun, simbol ini juga mengandung pengingat—bahwa kekuatan ini bukan milik kalian, melainkan milik alam semesta yang lebih besar. Kalian hanyalah pengemban sementara.”

Ayase, yang merasakan kekuatan itu mengalir ke dalam dirinya, menatap Miyu dengan tatapan serius. “Apa yang harus kami lakukan dengan kekuatan ini?”

“Kalian harus menjaga keseimbangan,” jawab Miyu dengan tegas. “Cosmos bukan hanya pemberian kekuatan, tapi juga beban tanggung jawab. Kekuatan ini bukan untuk dihancurkan, melainkan untuk dipahami dan dilindungi. Setiap perubahan yang kalian buat dengan kekuatan ini akan mempengaruhi seluruh alam semesta, baik secara langsung maupun tidak langsung.”

Silvia mengangguk pelan, merasakan berat yang ada pada kata-kata Miyu. “Jadi, kami harus berhati-hati… tidak boleh sembarangan menggunakan kekuatan ini.”

“Benar,” jawab Miyu. “Dengan Cosmos, kalian memiliki kemampuan untuk mengubah takdir, tetapi dengan kekuatan besar itu, ada bahaya besar yang juga mengintai. Kalian akan bertemu dengan ancaman yang jauh lebih kuat dari yang kalian bayangkan, dan kalian harus siap menghadapi segala konsekuensinya.”

Saat itu, Ayase menatap simbol yang terukir di dahinya. Seperti sebuah kunci yang membuka pintu tak terhingga, simbol tersebut tidak hanya memengaruhi kekuatan mereka, tetapi juga jalan hidup mereka. Setiap pilihan yang mereka buat akan membentuk alam semesta ini.

“Lalu, apa yang harus kami lakukan selanjutnya?” Ayase bertanya, suaranya penuh tekad.

“Bersiaplah,” jawab Miyu dengan tegas. “Cosmos akan menguji kalian. Akan ada saat-saat di mana kalian harus memutuskan untuk mengikuti jalur yang benar, meskipun jalan itu mungkin akan menghancurkan banyak hal. Kekuatan ini akan membawa kalian pada titik di mana keputusan kalian akan menentukan masa depan dunia ini. Waktu, ruang, dan segala hal yang ada di dalamnya akan dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kalian.”

Silvia dan Ayase saling memandang, merasakan betapa beratnya beban yang kini mereka pikul. Mereka berdua tahu bahwa dengan simbol ini, kehidupan mereka tidak akan sama lagi. Mereka tidak hanya bertarung untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk seluruh alam semesta yang mengandung takdir yang tak terhitung jumlahnya.

“Haruto…” Ayase bergumam, “Kami akan melindunginya, bukan?”

Silvia mengangguk, matanya penuh keyakinan. “Ya. Kami akan melindunginya. Dan kami akan melindungi dunia ini.”

Miyu menatap mereka dengan tatapan penuh pengertian, lalu berbalik. “Kekuatan kalian kini berada di tangan kalian. Semoga kalian siap.”

Dengan itu, Miyu menghilang, meninggalkan mereka berdua dalam hening yang penuh dengan pemahaman baru. Di luar sana, di dunia yang tak terlihat, takdir mereka baru saja dimulai—takdir yang terhubung dengan Cosmos dan kekuatan yang mengatur seluruh alam semesta. 

You may also like: