Menghadapi kebenaran yang tersembunyi

Langkah kaki wanita itu semakin mendekat, setiap detik terasa semakin lama, seolah waktu melambat. Haruto dan Silvia merasa ketegangan yang mencekam, seolah mereka berada di ujung jurang yang gelap. Wanita itu berdiri di depan mereka, wajahnya tampak penuh dengan rahasia yang tak terungkapkan. Ia menatap keduanya dengan mata yang dalam, seolah bisa melihat ke dalam jiwa mereka.

“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Haruto, suaranya lebih tegas dari yang ia harapkan. Ia merasakan sesuatu yang sangat berbeda dalam diri wanita itu, sesuatu yang lebih dari sekedar misteri. Seakan-akan, ia adalah bagian dari teka-teki yang harus mereka pecahkan, namun jawaban itu tak bisa ditemukan begitu saja.

Wanita itu tersenyum, namun senyumannya tidak mengurangi ketegangan di udara. “Aku adalah penuntun,” jawabnya dengan suara lembut yang tetap memiliki kekuatan. “Aku adalah seseorang yang tahu apa yang kalian cari, dan aku tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu kalian menghadapinya.”

Silvia merasa perasaan takut semakin menggerayangi hatinya. “Tolong jelaskan lebih lanjut. Apa yang kami hadapi? Apa yang sedang terjadi?” Suaranya hampir terdengar seperti bisikan, namun harapan yang tertanam di dalamnya cukup kuat untuk mengarungi kegelapan yang ada di sekitar mereka.

Wanita itu mendekatkan dirinya, kemudian mengambil sebuah buku tebal dari atas meja kayu dan meletakkannya di hadapan mereka. Buku itu memiliki sampul yang berkilau dalam cahaya redup, dan Haruto bisa merasakan energi yang mengalir darinya. Seperti sebuah pintu menuju dunia yang sama sekali berbeda.

“Buku ini,” katanya, “adalah kunci untuk membuka pemahaman tentang apa yang telah terjadi di dunia ini. Tetapi, hanya mereka yang terpilih yang dapat memahami isinya. Dan kalian berdua, Haruto dan Silvia, adalah orang-orang yang dimaksudkan untuk menemukan jalan ini.”

Haruto menatap buku itu dengan penuh keingintahuan. Ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa seperti ini adalah titik balik yang tidak bisa ia hindari. Sejak pertama kali ia bertemu dengan Silvia, ia merasa bahwa takdir mereka sudah saling terkait. Namun, apa yang mereka cari, dan apa yang akan mereka temui, itu adalah sesuatu yang bahkan ia sendiri belum siap untuk menghadapi.

“Apa yang akan terjadi setelah kami membuka buku ini?” tanya Silvia, perasaan takut bercampur dengan rasa penasaran yang mendalam. “Apakah kita akan mengetahui semua rahasia itu?”

Wanita itu mengangguk perlahan. “Ya, kalian akan mengetahui lebih dari yang kalian inginkan. Tetapi ingat, ada harga yang harus dibayar untuk setiap kebenaran yang ditemukan.”

Haruto merasakan jantungnya berdebar semakin cepat. Kata-kata wanita itu mengandung peringatan, dan meskipun ia tidak tahu pasti apa yang akan terjadi, ia merasa bahwa inilah saat yang tak terhindarkan. “Kita tidak bisa mundur sekarang,” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

“Apakah kamu siap, Silvia?” tanya Haruto, menatap mata Silvia dengan penuh keseriusan. Di matanya, ia bisa melihat keraguan yang sama. Namun, di balik keraguan itu, ada tekad yang sama. Mereka sudah berada di ambang sesuatu yang besar, dan mereka tidak bisa mundur begitu saja.

Silvia menghela napas dalam-dalam, matanya menyala dengan semangat. “Aku siap,” jawabnya dengan suara yang lebih mantap daripada yang ia rasakan. Ia tahu bahwa ini adalah ujian besar bagi mereka berdua, namun jika ini adalah jalan yang harus mereka tempuh, maka ia akan menghadapinya bersama Haruto.

Wanita itu mengangkat tangannya dan memutar buku itu di udara, dengan gerakan yang tenang namun penuh kekuatan. Begitu buku itu terbuka, sebuah cahaya terang menyinari ruangan, mengisi setiap sudut dengan kilauan yang hampir buta. Di dalam cahaya itu, Haruto dan Silvia bisa melihat bayangan-bayangan yang berputar, bentuk-bentuk yang bergerak dengan cepat, seperti gambar-gambar yang terlukis di udara.

“Ini adalah awal dari perjalanan kalian,” kata wanita itu dengan suara yang mengalun, hampir seperti mantra. “Sekarang, kalian akan melihat dunia yang tak pernah kalian bayangkan. Dunia yang penuh dengan bahaya, tetapi juga penuh dengan kemungkinan. Pilihan kalian akan menentukan nasib dunia ini.”

Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar, memecah keheningan. Pintu rumah tua itu berderak, dan seberkas cahaya lain masuk, lebih kuat dan lebih terang daripada yang sebelumnya. Sebuah bayangan besar melintas di luar jendela, dan dalam sekejap, mereka mendengar suara gemuruh yang mengguncang tanah di bawah kaki mereka.

“Ini bukan sekadar ujian kalian,” kata wanita itu, menatap mereka dengan ekspresi serius. “Kalian bukan hanya mencari kebenaran. Kalian sedang membangunkan sesuatu yang telah lama tidur. Sesuatu yang tidak akan dengan mudah tidur kembali.”

Haruto dan Silvia saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa saat ini mereka berada di titik yang tak bisa dihindari. Segala sesuatu yang mereka anggap biasa telah berubah, dan mereka harus siap menghadapi kenyataan yang jauh lebih besar dari apa pun yang mereka bayangkan.

Dengan langkah mantap, Haruto membuka halaman pertama buku itu, dan keduanya mulai membaca.

Namun, saat mereka membaca, mereka menyadari bahwa tulisan itu bukan hanya kata-kata biasa. Setiap kalimat tampak hidup, bergetar dengan energi yang tak terlihat. Dan ketika mereka melanjutkan membaca, suara yang tak terduga terdengar dari dalam buku, seperti sebuah bisikan yang datang langsung ke dalam pikiran mereka.

“Kalian sudah memilih,” suara itu berkata. “Sekarang, waktunya untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.”

You may also like: