Malam harinya, Haruto kembali ke apartemen kecilnya. Ia membuka jendela dan menatap langit malam. Di tangannya, tergenggam jam saku perak yang selalu ia bawa—benda yang Zero tinggalkan padanya saat mereka pertama kali bertemu.
Jarumnya tidak bergerak. Selalu berhenti di pukul 00:00.
“Zero… aku tahu kau masih mengawasi.”
Detik itu juga, suara familiar bergema di kepalanya.
“Kau tidak sendiri lagi, Haruto. Waktu telah retak. Dan seseorang sedang mencoba membalikkan masa depanmu.”
Haruto membelalak. Itu bukan suara Zero.
Itu… suara lain.
Suara yang ia kenal dari masa lalunya.
Langit malam menyelimuti kota dengan gemerlap cahaya buatan, tapi di kamar Haruto, dunia seakan hening. Ia menatap jam saku di tangannya—masih menunjukkan pukul 00:00, seperti biasa. Tapi yang tidak biasa adalah suara yang ia dengar beberapa saat lalu.
“Kau tidak sendiri lagi, Haruto. Waktu telah retak.”
Bukan suara Zero.
Itu suara dari… masa lalu. Seseorang yang seharusnya sudah tiada.
“Tsubaki…?”











