Pagi yang lembut menyapa kota yang perlahan bangkit dari reruntuhan, dengan sinar matahari yang merayap melalui celah-celah langit yang masih kelam. Suara angin yang membawa aroma bumi dan tanaman yang tumbuh kembali memberikan kesan seolah dunia ini sedang memulai siklus baru, mencoba untuk pulih dari kehancuran. Silvia dan Ayase berdiri di ambang pintu, bersiap untuk langkah selanjutnya dalam perjalanan mereka yang semakin rumit.
Setelah pertemuan yang mendalam dengan Raja Hukum dan perubahan yang dialami Silvia, keduanya tahu bahwa mereka harus mencari informasi lebih lanjut mengenai hubungan mereka dengan Haruto. Kekuatan yang ada di dalam diri Haruto, serta asal-usulnya, masih menjadi misteri besar yang harus mereka pecahkan. Tanpa pemahaman lebih dalam, mereka tahu takkan ada jalan untuk menghadapinya dengan bijak.
“Ayo, kita pergi mencari informasi lebih jauh. Tempat ini… mungkin bisa memberi kita sedikit pencerahan,” ujar Silvia dengan suara yang lebih tegas. Tangan kirinya meraih lengan Ayase dengan lembut, menunjukkan kedekatan yang semakin kuat di antara mereka.
Ayase menatap Silvia sejenak, matanya menyiratkan ketegasan yang sama meskipun terlihat sedikit ragu. “Kita tahu Haruto berperan lebih besar dari yang kita kira. Tapi aku merasa ada sesuatu yang sangat penting yang tersembunyi di balik itu semua.”
“Memang ada banyak yang perlu kita ketahui. Mari kita temui jawabannya,” jawab Silvia. Mereka berdua berangkat menuju tebing pohon besar yang terletak jauh dari keramaian, tempat yang diyakini sebagai titik energi kuat di dunia ini. Tempat di mana keseimbangan waktu dan ruang menjadi saling bergantung.
Langkah kaki mereka terasa berat, namun juga penuh tujuan. Setiap pohon yang mereka lewati, setiap kabut yang menyelimuti udara, seolah memberi isyarat bahwa mereka sedang berada di sebuah ambang perubahan besar.
Tiba di tebing, sebuah pemandangan yang menakjubkan terbuka di depan mata mereka. Pohon besar itu, dengan batang yang tinggi menjulang dan cabang-cabangnya yang berkelok seakan menembus langit, memberikan kesan bahwa pohon tersebut adalah penjaga antara dunia dan dimensi lain. Di bawahnya, terhampar sebuah dataran luas dengan rumput hijau yang tumbuh subur, meskipun udara di sini terasa sedikit lebih dingin, mengingatkan mereka pada aura Ayase yang kadang bisa membuat suhu di sekitarnya menurun drastis.
Di tempat terbuka itu, seorang gadis muda berdiri, seolah menunggu kedatangan mereka. Rambutnya panjang dan hitam berkilau, bergerak lembut tertiup angin pagi. Wajahnya yang cantik dan muda tampak seperti berusia sekitar 16 tahun, namun ada kedalaman dalam tatapannya yang seolah menceritakan kisah yang jauh lebih tua. Ia mengenakan gaun putih sederhana, namun ada kilauan misterius yang menyelimutinya.
Silvia dan Ayase menghentikan langkah mereka. Mereka memandang gadis itu dengan perasaan campur aduk—terkejut, penasaran, dan sedikit waspada. Ada sesuatu yang sangat familiar tentang gadis itu, seakan mereka pernah bertemu, meskipun tidak dalam bentuk ini.
“Apa… siapa kamu?” tanya Silvia dengan hati-hati, matanya tetap tidak lepas dari gadis itu. Rasanya seperti ada sesuatu yang sangat penting tentang kehadirannya.
Gadis itu memalingkan wajahnya, matanya yang dalam menyapu mereka berdua sebelum senyumnya yang tenang muncul. “Nama saya Miyu Asakura. Aku adalah wujud dari konsep kekuatan Haruto. Lebih tepatnya, aku adalah manifestasi dari bagian dari dirinya yang telah terwujud dalam dunia ini.”
Kata-katanya menggantung di udara, seakan dunia tiba-tiba terasa lebih berat. Silvia dan Ayase saling bertukar pandang, kebingungannya semakin dalam. Ayase, yang biasanya lebih tertutup, tidak bisa menahan untuk bertanya.
“Manifestasi dari bagian dirinya? Apa maksudmu?” Ayase bertanya, suaranya lebih tajam dari biasanya, penuh ketertarikan dan keraguan.
Miyu berjalan mendekat, langkahnya ringan seperti angin. “Haruto memiliki banyak lapisan dalam dirinya—lapisan yang lebih dari sekadar manusia biasa. Dia adalah jembatan antara dunia ini dan banyak kemungkinan yang ada di luar sana. Kekuatan yang ada dalam dirinya telah menciptakan realitas yang saling bertautan, dan aku adalah salah satu bentuk cerminan dari potensi itu.”
Silvia menatap Miyu dengan tatapan tajam, mencoba mencerna kata-katanya. “Jadi, kamu bukan hanya sekadar… kekuatan ruang dan waktu yang ada dalam diri Haruto?”
Miyu menggelengkan kepala pelan. “Tidak. Aku adalah bagian dari prinsip yang lebih besar. Sebuah konsep yang tidak bisa dipahami hanya dengan logika biasa. Haruto adalah penghubung antara dimensi, waktu, dan realitas. Dan aku adalah representasi dari kekuatan yang muncul sebagai akibat dari potensi tersebut.”
Ayase sedikit tertunduk, merasakan perasaan yang membingungkan. “Lalu, apa hubungannya kami dengan Haruto? Kekuatan yang ada dalam diri kami… apakah itu juga bagian dari takdirnya?”
Miyu mengangguk, dan senyumnya kini lebih lebar, meskipun tetap ada kesan ketenangan yang melingkupi wajahnya. “Kalian berdua, Silvia dan Ayase, adalah bagian dari takdir yang tak terelakkan. Kekuatan kalian saling melengkapi satu sama lain. Ayase dengan kekuatan Absolute-nya, yang membekukan segala sesuatu, dan Silvia dengan kemampuan untuk mengatur hukum realitas. Kalian berdua ada di sini karena takdir yang lebih besar. Namun, Haruto adalah inti dari keseimbangan itu. Tanpa dia, kekuatan kalian akan hancur, dan dunia ini akan jatuh ke dalam kekosongan.”
Suasana semakin berat, dan angin yang bertiup terasa lebih dingin. Pohon besar di belakang Miyu seakan semakin mendekat, batangnya berderak pelan seiring dengan perubahan yang terjadi di udara.
“Apa yang harus kami lakukan sekarang?” Silvia bertanya, suaranya kini penuh ketegasan, meskipun masih ada rasa takut yang samar.
“Untuk membantu Haruto, kalian harus memahami bahwa takdir ini lebih dari sekadar keberadaan dunia ini. Dunia yang kalian kenal ini, begitu juga dengan waktu dan ruang, bisa saja berubah seiring dengan peran yang kalian pilih. Haruto membutuhkan kalian untuk menyeimbangkan semuanya. Kalian adalah kunci untuk memastikan bahwa dia tidak akan menjadi sesuatu yang lebih besar dari yang bisa kita kendalikan,” jawab Miyu dengan tenang.
Ayase mengalihkan pandangannya ke arah Silvia, merasakan ikatan tak terucapkan yang semakin kuat antara mereka berdua. “Jadi, kami harus membantu Haruto menemukan keseimbangan yang hilang, agar dunia ini tidak hancur?”
Miyu mengangguk sekali lagi, kali ini lebih pasti. “Benar. Kekuatan kalian dan kekuatan Haruto harus bekerja bersama. Kalian harus belajar untuk menyatukan takdir yang terpisah. Jika tidak, dunia ini akan terjerumus ke dalam kehampaan.”
Suasana sejenak hening, sebelum Miyu melanjutkan. “Ingat, apa pun yang terjadi, perjalanan kalian tidak akan mudah. Namun, ingatlah selalu bahwa kalian tidak sendirian. Haruto, meskipun tak terlihat, selalu bersama kalian.”
Silvia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Kata-kata itu bukan hanya peringatan, tapi juga sebuah pengingat bahwa takdir mereka tidak bisa dihindari. Mereka harus terus maju, bersama-sama, untuk menghadapinya.
“Terima kasih, Miyu,” kata Silvia, akhirnya mengerti bahwa mereka harus berjuang, tidak hanya untuk dunia mereka, tetapi juga untuk Haruto.
Miyu hanya tersenyum, sebelum perlahan menghilang ke dalam angin yang membawanya jauh dari pandangan mereka, meninggalkan kedua saudari itu untuk melanjutkan perjalanan mereka yang baru.











