Angin tiba-tiba berhenti, dan udara terasa lebih berat. Dunia yang sebelumnya tenang kini mulai berguncang, seakan sesuatu yang luar biasa sedang datang. Langit yang cerah berubah kelabu dengan cepat, menutupi sinar matahari dengan awan gelap yang berkumpul dengan cepat di atas tebing pohon besar tempat Silvia dan Ayase berdiri.
“Ada sesuatu yang tidak beres,” bisik Ayase, tubuhnya terasa lebih tegang dari biasanya. Tatapan matanya yang tajam menelusuri langit yang mulai dipenuhi kilat, tanda-tanda kekuatan yang tidak wajar sedang terkumpul.
Silvia merasakan hal yang sama. Seperti ada ancaman yang datang dari luar dunia ini, sesuatu yang sangat kuat. “Bersiaplah, Ayase. Aku merasa ini akan menjadi masalah besar.”
Tiba-tiba, sebuah suara menggema dari langit yang gelap, menggetarkan udara di sekitar mereka. Suara itu begitu berat, seperti datang dari kedalaman bumi, namun juga penuh dengan kekuatan yang tak terkatakan.
“Akulah Heaven, Dewa Perang yang menurunkan takdir baru bagi dunia ini!” suara itu terdengar sangat megah dan mengerikan, seakan setiap kata-katanya bisa menghancurkan apa saja.
Bahkan tanah di bawah kaki Silvia dan Ayase mulai bergetar hebat. Sebuah kilatan cahaya menyambar dari langit, membelah awan gelap, dan menurunkan sosok yang sangat besar—sebuah entitas yang tampak seperti kombinasi antara seorang ksatria dan makhluk ilahi. Tubuhnya bersinar dengan armor perak yang berkilau, dihiasi dengan lambang-lambang yang tampaknya berasal dari dunia yang sangat jauh. Sepasang sayap besar yang terbuat dari cahaya dan energi berkilau membentang di punggungnya, memberi kesan bahwa ia adalah makhluk yang datang dari langit.
Heaven, Dewa Perang, jatuh dengan kekuatan yang sangat besar, menghantam tanah di depan Silvia dan Ayase dengan ledakan energi yang menggetarkan seluruh area. Tanah terbelah, dan getaran dari dampak itu membuat keduanya hampir terjatuh.
Namun, Heaven tidak hanya datang sendirian. Di belakangnya, ribuan pasukan yang terdiri dari berbagai makhluk bersenjata muncul, masing-masing membawa senjata besar dan mengenakan armor yang tampak seperti sesuatu yang berasal dari zaman dahulu. Pasukan ini terlihat seperti gabungan antara prajurit yang terlatih dan makhluk supernatural yang penuh dengan niat buruk.
“Heaven… apa yang kau inginkan dari kami?” tanya Silvia, matanya mengamati sosok yang kini berdiri megah di depan mereka.
Heaven menatap mereka dengan mata yang penuh kekuatan. Wajahnya yang tampak abadi dan penuh kebijaksanaan, namun dengan ekspresi yang tak terbantahkan, menunjukkan bahwa ia bukanlah sosok yang bisa dibantah. “Aku datang bukan untuk berbicara denganmu, anak-anak dari takdir. Aku datang untuk menuntut keseimbangan yang baru. Dunia ini telah hancur, dan aku di sini untuk memastikan bahwa hanya yang kuat yang akan bertahan. Kalian adalah bagian dari takdir itu.”
Ayase mengepalkan tangan, merasa sebuah ancaman yang sangat nyata dari setiap kata yang keluar dari mulut Heaven. “Jadi, kamu ingin menghancurkan dunia ini lebih jauh lagi? Apa yang kamu inginkan dari kami?” Ayase berbicara dengan suara yang lebih dingin, aura pembekuannya mulai terasa.
Heaven tersenyum, senyuman yang menunjukkan rasa superioritas yang besar. “Aku bukanlah musuh yang mudah. Dan kalian, meskipun kalian memiliki kekuatan luar biasa, belum cukup untuk menghentikanku. Kalian hanya anak-anak yang berusaha menahan kekuatan yang tak akan bisa kalian kendalikan.”
Silvia mengangkat pedangnya, Chronostigma, yang bersinar dengan cahaya emas yang memancar. “Kami tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Jika kamu datang untuk menghancurkan dunia, maka kami akan melawanmu.”
Heaven mengangkat tangannya dengan tegas, dan pasukan di belakangnya mulai bergerak maju, siap untuk menyerang. Setiap langkah mereka mengguncang tanah, sementara senjata mereka bersinar, memancarkan aura gelap yang penuh kekuatan destruktif.
“Ayo buktikan jika kalian pantas bertahan di dunia ini,” Heaven berkata, suaranya penuh dengan ancaman yang mengerikan.
Silvia dan Ayase saling memandang sejenak, keduanya tahu bahwa mereka tidak bisa mundur sekarang. Dunia ini sudah terlalu banyak berubah, dan mereka harus siap menghadapi ancaman baru ini.
Ayase menatap Heaven dengan tatapan yang tajam, dan kekuatan Absolute-nya mulai bangkit. Mata biru esnya berubah menjadi putih bersinar, dan suhu di sekitar mereka menurun drastis. “Kami tidak akan membiarkanmu menang,” katanya, suaranya hampir seperti bisikan angin beku yang datang dari kedalaman dunia.
Silvia mengangkat Chronostigma, dan seiring dengan pergerakannya, energi besar dari pedang itu menyebar ke seluruh tubuhnya, mengatur hukum realitas di sekitarnya. “Kami adalah pewaris takdir yang lebih besar. Kami tidak akan biarkan takdir ini jatuh ke tanganmu!”
Dengan satu seruan yang menggetarkan bumi, kedua saudari itu melompat maju, siap untuk menghadapi Dewa Perang Heaven dan pasukannya yang tak terhitung jumlahnya.
Pertempuran besar pun dimulai.








