Dewa dan dewa ?

Dunia NON terus menggeliat dalam kedalamannya, seperti samudra yang tak terlihat namun mengandung gelombang yang siap menerjang. Silvia Akane dan Ayase Akane merasakan sesuatu yang tak biasa. Sebuah getaran di luar jangkauan pemahaman mereka, sebuah kebangkitan yang mulai terasa di kedalaman ruang dan waktu yang terpecah. Getaran itu tidak hanya mengguncang mereka—tetapi mengguncang seluruh alam semesta yang terlupakan.

Di atas reruntuhan kota sihir yang tertutup kabut, Silvia berdiri, tubuhnya masih terlontar ke belakang akibat kekuatan yang datang dengan begitu mendalam. Ketika dua sosok muncul, dunia terasa seperti berhenti sejenak. Archon dan Archeno—dua dewa yang menyatu dalam kisah kosong—turun dengan cara yang begitu mengerikan, seolah mengguncang setiap dasar keberadaan.

Silvia merasakan dorongan yang sangat kuat, begitu kuat sampai ia hampir tak mampu berdiri. Dewa-dewa ini bukanlah bagian dari dunia ini, dan kekuatan mereka adalah hal yang bahkan tidak dapat dia pahami sepenuhnya. Chronostigma yang terpatri di tangannya menyala dengan lebih terang, namun tidak cukup untuk melawan kekuatan mereka yang datang dari ruang kosong itu.

“Kau… tidak bisa menahan kami, Silvia Akane,” suara Archon terdengar, seakan mengalir dari setiap arah, seperti gema yang datang dari kekosongan itu sendiri. Keberadaannya adalah kesenyapan, sebuah entitas yang lebih besar dari waktu dan ruang.

Namun, meski terhuyung mundur, Silvia tidak runtuh. Pengatur Takdir tidak bisa terjatuh begitu saja, meskipun dihadapkan pada dua kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Dia adalah bagian dari struktur dunia ini, meskipun dunia itu sendiri hampir tidak ada lagi.

Ayase, di sisi lain, tetap tegak. Kutub Pembeku tidak goyah. Ketika kekuatan dewa-dewa ini menyebar di sekitar mereka, udara di sekitarnya menjadi lebih dingin—begitu dingin hingga seolah waktu itu sendiri membeku. Absolute, kekuatan yang mengalir melalui tubuh Ayase, tidak terpengaruh oleh konsep kosong yang datang dengan kedua dewa itu.

“Kalian… bukanlah siapa-siapa,” kata Ayase dengan suara beku, tetap diam di tempatnya. “Kalian hanya wujud dari cerita kosong yang tak terhitung jumlahnya. Kalian bukanlah apa-apa lebih dari debu yang tersisa setelah dunia ini hancur.”

Archeno, dewa dari struktur yang hilang, mendekat dengan langkah yang tak bersuara. Wajahnya tak terlihat, tetapi aura dinginnya terasa seperti pengaturan dari seluruh alam semesta yang patah.

“Kau masih tidak mengerti, Ayase Akane,” ucap Archeno dengan suara yang tenang, tetapi dalamnya penuh dengan kekuatan yang tak terkatakan. “Kalian semua adalah bagian dari cerita yang akan segera berakhir. Dunia ini akan mengalami kehancuran, dan tak ada yang bisa menghentikannya.”

Silvia mengerahkan seluruh kekuatannya, Chronostigma di tangannya bersinar lebih terang. Tapi meskipun ada kekuatan dari Hukum Sejati di tangannya, kehadiran Archon dan Archeno membawa sesuatu yang lebih besar dari apa yang bisa dia kendalikan. Kekuatan mereka adalah konsep kehampaan dan kehancuran yang tak terdefinisikan—kekuatan yang tidak terikat oleh hukum dunia mana pun, bahkan hukum dunia yang dipelihara oleh Silvia.

“Kalian tidak bisa mengendalikan takdir dunia ini lebih lama lagi, Silvia,” kata Archon, matanya kosong dan tak terarah, tetapi seolah bisa menembus seluruh keberadaan. “Ini adalah kisah yang sudah selesai.”

Ketika kata-kata itu diucapkan, sebuah tekanan hebat menghantam Silvia, dan dia terpental jauh. Jauh, sampai dia merasa seluruh tubuhnya hancur oleh kekuatan tersebut. Namun, meski tubuhnya terguncang, dia tahu—di dalam dirinya, Hukum Sejati tidak akan membiarkannya jatuh begitu saja.

Namun, satu hal yang berbeda adalah Ayase. Kutub Pembeku tidak tergoyahkan. Kekuatan ini datang dari Absolute, kekuatan yang mampu membekukan bukan hanya waktu, tetapi juga esensi dari keberadaan itu sendiri. Ketika Archon dan Archeno melangkah lebih dekat, Ayase merasa lebih kuat daripada sebelumnya. Kekuatan mereka, meskipun besar, tidak bisa menggoyahkan dirinya.

“Jika kalian mengira kami akan menyerah begitu saja, kalian salah,” kata Ayase dengan suara yang dingin, namun tegas. “Dunia ini akan berubah, tetapi bukan karena kalian.”

Archon dan Archeno mengamati dengan keheningan. Mereka adalah bagian dari cerita kosong yang berasal dari luar dimensi, dan mereka tahu bahwa dunia ini tidak bisa bertahan jika mereka menginginkannya runtuh. Namun, kehadiran Ayase dan Silvia, dengan kekuatan yang mereka miliki, adalah sesuatu yang menghalangi kehancuran total.

Kemudian, saat semua tampak gelap dan keputusasaan semakin dekat, sesuatu yang tak terduga terjadi. Seperti sesuatu yang tertahan, Haruto—meskipun masih berada dalam lapisan kelima NON—merasa adanya ketegangan baru yang mulai terbentuk di luar sana. Sebuah perasaan yang memanggilnya. Kehadiran yang semakin mendekat.

Namun, meskipun Haruto sudah mulai merasakan kedekatan itu, dia masih terperangkap dalam kedalaman yang menghubungkannya dengan NON. Belum saatnya dia muncul, meskipun dunia yang melawan kehampaan itu semakin terguncang.

Di saat yang sama, Archon dan Archeno saling berpandangan, seakan merasakan adanya kekuatan yang lebih besar dari mereka di luar sana. Mereka merasa, untuk pertama kalinya, bahwa dunia ini mungkin belum sepenuhnya hilang.

“Sesuatu yang lain akan datang,” kata Archeno, menyadari bahwa kekosongan ini mulai berubah. “Dan kita… kita mungkin akan menemukan akhir yang berbeda.”

You may also like: